Logo LP3BJ & ORMAS "Raket Prasaja"

Logo LP3BJ & ORMAS "Raket Prasaja"

Jumat, 29 Januari 2010

Kenapa Bangsa Kita Terpuruk

I. PENDAHULUAN

Kalimat diatas sudah mengusik pikiran dan hati nurani kami mulai tahun 1995. setelah mengalami berbagai pertimbangan dan masukan, akhirnya kami mendirikan Yayasan “Raket Prasaja”, karena perkembangan organisasi dan antusias masyarakat umum terhadap kegiatan kita cukup bagus, akhirnya tahun 2007 beralih status menjadi LP3BJ & ORMAS “Raket Prasaja”. Menurut kami terpuruknya bangsa Indonesia karena kita telah kehilangan jati diri sejak abad 16. Kehilangan jati diri itu semakin parah pada akhir-akhir ini. Saat ini banyak orang suku Jawa yang tidak Jawa, banyak orang Indonesia yang tidak Indonesia, yang intinya kita telah kehilangan jati diri. Sebagian dari kita ada yang bersikap dan berkarakter kebarat-baratan dan ada sebagian dari kita yang bersikap dan berkarakter kearab-araban. Saat ini kita bahkan sudah lupa bagaimana sikap dan karakter orang Indonesia yang Indonesianis dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika. Kondisi seperti ini semakin diperparah oleh beberapa tayangan televisi. Sering kali kita melihat tayangan televise ( Film, Sinetron, dll) peran antagonis berciri-khas dari daerah (suku) tertentu. Sedangkan peran protagonis berciri-khas budaya dari suatu bangsa asal suatu agama tertentu. Sehingga semua ini berakibat pembunuhan karakter dan jati diri bangsa. Orang Jawa berdusta pada Jawanya, orang Batak berdusta pada Bataknya, orang Minang berdusta pada Minangnya, orang Dayak berdusta pada Dayaknya, dll. Seharusnya kalau peran antagonis berciri khas (nama, pakaian, logat bicara, atribut, dll) daerah atau suku tertentu seharusnya peran protagonist juga harus berciri khas daerah atau suku tersebut. Begitu juga, kalau peran protagonist berciri khas agama tertentu, seharusnya peran antagonis juga harus berciri khas agama tersebut. Karena semua agama pasti mengajarkan kebaikan dan kebenaran, tetapi prilaku umatnya yang sesat atau negative juga ada.
Apakah kalau kita berkarakter dan memiliki jatidiri Jawa, Batak, Minang, Dayak, dll, akan mengancam persatuan dan kesatuan NKRI ? atau akan menjadi sesat menurut agama yang kita anut ? tentu kalau semua itu didasari dengan semangat Bhineka Tunggal Ika, tentulah pasti akan menjadi suatu potensi yang besar untuk menjadikan kita menjadi bangsa yang besar dengan segala kebesarannya. Pelangi di Cakrawala akan semakin indah dengan berwarna-warni, dan tidak akan jadi pelangi yang indah bila cuma satu warna. Sementara kalau soal sesat atau tidak tentu tergantung siapa dan dari sudut mana kita memandang.
Contoh : saat ini banyak kalangan yang alergi dengan kata “JAWA”, karena mereka berfikir seolah-olah Jawa itu hanya berkonotasi sukuisme atau aliran kepercayaan, mistik, klenik, kuno, bahkan ada yang menganggap sesat. Padahal “JAWA” bermakna sebuah karakter universal yang berjati diri. Hal itu terkandung dalam filosofi hurup Jawa. Semua hurup Jawa kalau “dipangku” mati, kecuali hurup JA – WA, maksudnya ; siapapun kita, apapun kedudukan atau jabatan kita, apapun suku kita, apapun agama atau keyakinan kita, kalau dipangku masih “mati” (kita menjadi takabur dan lupa daratan) berarti kita belum “JAWA”, walaupun kita keturunan suku Jawa. Jawa barangkali bisa berarti “Mukmin” kalau di Arab, juga bisa berarti “Wisdom Carakter” atau “Wisdom Careful”, jika di Eropa atau Amerika.
Ada sebuah cerita menarik menjelang pesta demokrasi Pemilu atau Pilkada (Gubernur, Bupati/Walikota) selalu ada saja peserta kontestan pesta demokrasi yang mencoba mendekati LP3BJ & ORMAS “Raket Prasaja. Tetapi kami selalu mengajukan syarat : Calon tersebut harus menjadi lebih “JAWA” maupun paham serta mengerti SPIRIT OF JAVA tidak cuma sekedar suku Jawa. Sehingga dalam hal ini bisa suku Jawa, tapi bisa juga bukan suku Jawa (tidak harus suku Jawa). Karena arti JAWA yang sebenarnya bukanlah berarti sukuisme ataupun teritorial. karena Ironis sekali……? Mau jadi apa Negeri ini kalau Pemimpin dan yang dipimpin sama-sama tidak “JAWA” ?



II. KILAS BALIK SEJARAH BANGSA

Dalam sejarah, bangsa kita pernah jadi pemimpin dunia. Kerajaan Kutai-Kudungga, Tarumanegara, Mataram Kuno, Sriwijawa, Kahuripan, Kediri, Singhasari dan Majapahit. Kisah kejayaan para leluhur kita bukanlah pepesan kosong tanpa bukti, saat ini sisa-sisa dan bukti kejayaaan itu masih ada dan berdiri megah di depan mata kita. Antara lain : Candi Prambanan, Candi Borobudur, dll. Kita harus sadar kalau candi Borobudur bukan budaya Budha, tetapi asli budaya Indonesia (Jawa), Cuma kebetulan orang yang membangun candi Borobudur adalah orang Indonesia (Jawa) yang beragama Budha. Kalau seandainya candi- candi tersebut budaya Budha atau Hindhu tentu banyak sekali candi-candi serupa di India, karena dari sanalah asal agama Budha dan Hindhu. Semua itu menunjukkan kunci kalau leluhur kita bisa jaya karena tetap memegang teguh jati diri bangsa, walau apapun keyakinan atau agama yang mereka anut atau yang mereka yakini. Mereka tidak serta-merta menjadi atau berprilaku Indiansi walau beragama Hindhu atau Budha.
Dalam agama Islam ada sebuah Hadits Rasululloh “Uthulubul Ilma Walau Bissyyn” artinya Tuntutlah atau carilah ilmu walau sampai Negeri “Ssyyn”. Selama ini negeri Ssyyn diartikan Negri Cina. Setelah kita kaji Negri Ssyyn tidak menutup kemungkinan adalah negri Syailendra, dengan dasar :

1. Masa kehidupan yang sama, antara Nabi Muhammad dengan Kerajaan Syailendra. yaitu abad ke 7. karena sesuatu yang aneh kalau kita menasehati anak kita, supaya mencari ilmu pada orang yang sudah meninggal ratusan tahun silam atau pada orang yang belum lahir.

2. Masa itu negri Syailendra termasuk negri maju dan terkemuka di dunia, dengan bukti berbagai peninggalannya. Terutama candi Borobudur dan Prambanan.

3. Letak yang cukup jauh dan menyeberang samudera (bila dibanding Cina, yang masih satu daratan dengan jazirah Arab), karena disini untuk symbol walau jauh dan sulit harus ditempuh dalam menuntut ilmu, karena Hadits ini terkait dengan Hadits lain yang memiliki arti kalau mencari ilmu itu wajib untuk Muslimin dan Muslimat.

4. Pada abad 7 di negri Cina (yang selama ini menjadi perkiraan Ulama) tidak mencatat prestasi dunia. Bahkan pada masa itu tidak ada satupun literature yang menyebut kata “CINA” , tetapi berbagai literature menyebut kata “TIONGKOK”.

5. Borobudur ada persamaan makna dan filosofi dengan Al Qur’an. Puncak Borobudur ada relief dan stupa jumlahnya satu, makna filosofinya ada kesamaan dengan Al Qur’an Surat Pertama. Begitu pula ketika kita turun ada relief dan Stupa jumlah 8 dengan Al Qur’an Surat 8, begitu seterusnya.
Semua itu menunjukkan kalau bangsa kita pernah mengalami kejayaan, kenapa sekarang bangsa kita terpuruk….. ? semua itu karena akibat kita telah kehilangan jati diri, coba kita lihat nagara-negara besar di dunia, adalah Negara- negara yang memegang teguh jati diri bangsanya, contoh : Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Jepang, Cina, dll.



III. KESIMPULAN

Al Qur’an Surat Al Hujuraat, Ayat 13 menjelaskan kalau Tuhan menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling “kenal-mengenal”. Bahasa Al Qur’an adalah bahasa filosofi dan mengandung nilai-nilai falsafah yang tinggi. Makna “Untuk Saling Kenal-Mengenal” jangan diartikan secara dangkal dengan hanya sekedar kenalan nama belaka, tetapi makna “Saling Kenal-Mengenal” adalah pengenalan suatu jati diri dari suku bangsa-suku bangsa di Dunia. Kalau kita, karena beragama Katholik terus Romaansi, karena kita beragama Hindhu atau Budha terus Indiaansi, atau karena kita beragama Islam terus Arabansi atau Arabisasi. Menjadikan kita kehilangan Jati diri atau merubah Jati diri, apakah prilaku ini berarti “mengkhianati Al Qur’an ….? Wallohu allam. Tetapi saat ini banyak diantara kita yang berperilaku demikian.
Saat ini karena banyak diantara kita yang sudah kehilangan Jati diri, akhirnya banyak yang tega menjual dan mengekploitasi Tanah Air, Bangsa dan Negara pada Bangsa dan Negara lain demi sesuap nasi yang dilahap sesaat. Semua itu dibungkus dengan warna Agama, Politik, Ekonomi, Pembangunan, dll. Akhirnya Bangsa ini (TKW/TKI), Kekayaan Negara (pertambangan, perkebunan, hutan), Kekayaan Intelektual, Sosial-Budaya, semua habis terjual, tergadaikan, atau hilang. Semua berlomba-lomba menjual Bangsa dan Negara. Dengan alasan modernitas atau dengan alasan Agama kita ekploitasi bangsa kita supaya setor devisa pada bangsa atau Negara lain tidak hanya setiap tahun, tetapi setiap waktu, setiap saat.
Mari kita renungkan, apakah kata “Indonesia” perlu diganti atau tidak ? kalau kita telusuri, yang memberi nama “Indonesia” adalah A. Sebastian warga Negara Belanda, dari dua kata Indo- Nesos, maksudnya bagian atau wilayah jajahan dari Nesos atau Nederland yang ada di Hindia, atau daerah Indo atau India yang menjadi milik Nesos atau Nederland (Belanda), dengan kata lain disebut HINDIA-BELANDA. Sedangkan Malaisya adalah daerah Hindia yang menjadi milik Inggris. Secara tidak langsung kita masih kehilangan Jati diri, secara tidak langsung kita masih mengakui sebagai jajahan Belanda. sehingga kita sering terombang-ambing oleh politik luar negri kita sendiri atau berbagai kebijkan politik dunia. Bagaimana dengan kata Nusantara, yang asli dari bahasa Induk Semang kita, bahkan mulai masa ratusan tahun silam sudah sering disebut-sebut oleh para nenek moyang atau leluhur kita. Kalau Muangthai berani berubah menjadi Thailand, Siam berani berubah menjadi Kamboja. Kenapa kata Indonesia tidak bisa ganti nama menjadi NUSANTARA ? demi Jatidiri Bangsa dan semoga akan membawa bangsa & negara kita pada kejayaan dan kemakmuran.
Kami sadar, kalau tulisan ini masih jauh dari sempurna. Tapi demi kecintaan pada Leluhur, Tanah Air , Bangsa dan Negara, kami tulis pemikiran ini dan kami dirikan LP3BJ & ORMAS “Raket Prasaja” untuk wadah perjuangan, walau kami tertatih-tatih dalam pendanaan, bahkan kami harus rela mengorbankan harta dan jiwaraga kami. Karena itu, kami mengajak semua saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air, mari kita sadar diri, bangkit untuk meraih kembali Jati diri, demi anak cucu supaya bangsa kita tidak terus menerus TERPURUK BAGAI AYAM MATI DI LUMBUNG PADI. Mari berjuang dengan harta kita, tenaga kita, waktu kita dan pemikiran kita.
Sedangkan kegiatan LP3BJ & ORMAS “Raket Prasaja” sementara ini adalah : mengisi siaran di berbagai radio dan televise ( JTV, Batu TV, Malang TV, ATV, radio TT 77, radio Andalus, radio Kosmonita, radio Citra Protiga, radio Kanjuruhan, dll) maupun berbagai seminar, mendirikan dan membina benteng-benteng budaya di berbagai daerah ( saat ini sudah ada 18 cabang/korwil), dan berbagai kegiatan social-budaya lainnya yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu disini. Kami terbuka untuk siapapun dan siap bekerja sama dengan lembaga apapun, yang selaras dengan visi & misi kami. Karena yang penting. MARI BERJUANG BERSAMA MERAIH KEMBALI JATI DIRI BANGSA. DIRI BANGSA,

Malang, 10 November 2009

LP3BJ & ORMAS “Raket Prasaja”

Ketua Umum

KRT. Sutrimo. RB, SE. MM.

What Is Jawa

Hai Manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Alloh ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Alloh maha mengetahui lagi maha mengenal. (QS. 49:13)
Al Quran adalah firman Alloh yang mengandung nilai-nilai filosofi tinggi, Sehingga maksud dari “supaya saling kenal-mengenal” tidaklah sekedar kenalan nama, tetapi meliputi saling kenal-mengenal “Jatidiri Bangsa atau Nations Caracters Building”.
Beberapa bangsa atau negara besar di dunia, yang memiliki dan memegang teguh Jatidiri bangsanya antara lain : Inggris, Cina, Jepang, Jerman, Dll. Bahkan demi menelusuri dan mencari Jatidiri bangsa, Jerman menghabiskan biaya yang sangat besar, sampai didapat kepastian Jatidiri bangsa, Jerman adalah bangsa Aria.
Sedangkan kalau suatu bangsa mengingkari Jati Diri Bangsanya, ternyata keterpurukan dan kehancuran yang terjadi. Bangsa atau Negara di Dunia ini yang mengingkari Jati Diri Bangsa dan mengalami keterpurukan antara lain :
1. Pakistan sebenarnya Bangsa India tapi lebih cenderung Arabansi.
2. Turki sebenarnya Bangsa Arab tapi lebih cenderung Eropaansi.
3. Yugoslavia sebenarnya Bangsa Balkan terpecah : Bosnia cenderung Arabansi dan Serbia cenderung Eropaansi.
4. Dll.
Maha Benar Allah dengan segala Firman Nya.
Karena itulah Bung Karno menyerukan Jatidiri pada Bangsa Indonesia dengan istilah Nations Carakters Building dan Trisakti :
1. Berdaulat di bidang Politik.
2. Berdikari di bidang Ekonomi.
3. Berkepribadian di bidang Budaya.
Saat ini Bangsa Indonesia sedang mengalami berbagai keterpurukan karena tidak memegang teguh Jatidiri bangsa (Nations Carakters Building). Jatidiri bangsa dan budaya bangsa adalah dua sisi mata uang yang tidak mungkin terpisahkan karena indikator “Jatidiri Bangsa adalah Budaya Bangsa”. Banyak orang Indonesia yang tidak Indonesia, banyak orang Jawa yang tidak Jawa.
Karena begitu pentingnya Jatidiri bangsa demi kejayaan dan kemakmuran bangsa dan negara, sehingga sangat perlu diadakannya berbagai kegiatan untuk menjelaskan dan menanamkan pemahaman “What is JAWA” yang benar dengan prinsip “Kasunyatan” (ilmiah, akademis) dan “Tinemu ing Nalar” (rasional), keseluruh lapisan masyarakat terutama kepada generasi muda.
Dalam berbagai kegiatan tersebut perlu dijelaskan What is JAWA yang meliputi :
1. What is Spirit Of JAWA ?
2. What is Javanese Cultur ?
3. What is Javanologi ?
Konsep Trisakti dan Nations Carakters Building yang diserukan Bung Karno sangat erat hubungannya dengan falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan kemerdekaan yang hakiki dari suatu bangsa.
Jati Diri Bangsa adalah sesuatu yang sangat penting dalam perkembangan suatu bangsa dan negara. Sedangkan Pancasila merupakan suatu falsafah hidup Bangsa Indonesia yang menjadi dasar Negara.
Sehingga diharapkan dengan dilaksanakan berbagai kegiatan tersebut, merupakan salah satu alternatif untuk mempertemukan dan menyatukan tekad, semangat, nilai, serta tujuan perjuangan sebagai suatu bangsa yang besar. Setelah semua komponen bangsa terkotak-kotak oleh berbagai keanekaragaman agama, paham politik, strata sosial dan berbagai hal kepentingan lain yang berkutat ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apalagi di akui atau tidak, saat ini banyak diantara kita yang berprilaku Arabansi, Eropaansi, Cinaansi, Dll. Sedangkan bagaimana Jati Diri kita sebagai orang Indonesia (Nusantara) atau bagaimana Jati Diri kita sebagai orang Jawa, yang tidak sekedar suku Jawa, sangat sulit kita temukan dan masih menjadi tanda tanya? Semoga akan ditemukan jawaban dengan digelarnya berbagai kegiatan tersebut.
Sedangkan Tujuannya :
1. Mengingatkan serta menggali akar dan nilai-nilai Spirit of JAWA, maupun di cermati untuk dipakai sebagai konsep penyelarasan multidimensi yang dihadapi bangsa dan negara. Karena kejayaan Mataram Kuno, Singhasari, dan Majapahit karena adanya Spirit of JAWA. Sehingga pada waktu itu para leluhur kita walau beragama Hindu atau Budha, tetapi tetap memegang teguh Spirit of JAWA dan tidak Indiaansi.
2. Menumbuhkembangkan rasa cinta dan rasa memiliki pada budaya bangsa yang bermuara pada rasa cinta tanah air. Sehingga akan terbentuknya Jatidiri Bangsa (Nations Charakters Building). Karena akhir-akhir ini banyak diantara kita yang tidak mengetahui apa itu Budaya Jawa (Javanese Culture). Budaya Jawa tidak hanya sekedar wayang atau aliran kepercayaan. Tetapi budaya Jawa meliputi : Bahasa & Sastra, Senibudaya, Adat & Tradisi, Kasarasan (pengobatan tradisional & alternatif) dan Falsafah & Spiritual.
3. Membuka wawasan dan memberi pengertian pada seluruh komponen bangsa, tentang ilmu pengetahuan budaya Jawa (Javanologi) yang bermanfaat dan bisa membawa kejayaan serta kemakmuran. Karena selama ini kita terlena dan tidak peduli, sehingga saat ini banyak ilmu pengetahuan budaya Jawa yang telah diambil alih Bangsa atau Negara lain :

a. Tempe hak patent ada pada Jepang. Sedangkan Tempe merupakan induk ilmu antibiotik.
b. Gamelan untuk pengobatan penyakit akut dan kronis dimiliki Bernadette de maele dari Belgia. Untuk mengucapkan rasa terima kasih pada JAWA, beberapa waktu yang lalu disiarkan televisi nasional RCTI, Belgia membangun Taman bernuansa JAWA yang sangat luas dan indah.
c. Berbagai jenis varietas padi Jawa dimiliki oleh beberapa negara lain (Amerika Serikat, Thailand, Jepang, Philipina). Padahal padi Jawa memiliki kandungan vitamin, mineral dan karbohidrat seimbang, sedangkan beras yang kita komsumsi saat ini lebih dominan kandungan karbohidrat. Sehingga akhir-akhir ini masyarakat kita banyak mengidap penyakit kencing manis, keropos tulang, asam urat dll. Karena dalam karbohidrat banyak kandungan zat gula, sementara vitamin untuk tulang (B1, B6, B12) sangat kurang.
d. Dll.
Target yang ingin dicapai dalam kegiatan tersebut, agar seluruh lapisan masyarakat memahami makna dan hakekat nilai-nilai Jati Diri Bangsa (Nations Charakterss Building). Diharapkan pula mereka bisa mengerti serta paham akan :
a. Spirit of Java (Jiwa Jawa).
b. Javanese Cultur (Budaya Jawa).
c. Javanologi (Ilmu pengetahuan budaya Jawa).
Sehingga kita bisa bersatu dan berjuang bersama, antar berbagai komponen bangsa dan pemimpin bangsa yang penuh rasa memiliki dan bertanggungjawab (handharbeni lan hangrungkepi) adanya Jatidiri bangsa menuju kejayaan dan kesejahteraan bersama.

Malang, 8 November 2009

KRT. Sutrimo, Rekso Budaya, SE, MM