Logo LP3BJ & ORMAS "Raket Prasaja"

Logo LP3BJ & ORMAS "Raket Prasaja"

Sabtu, 20 Desember 2008

ROKOK HERBAL

KARAKTERISTIK
ROKOK HERBAL
“SEKAR”BUATAN RAKET PRASAJA

TIDAK MEMAKAI SAOS KIMIA DAN ALKOHOL.
Bila rokok umum yang beredar di pasaran diramu dengan saos kimia dan alkohol. Sehingga selain berdampak negatif seperti halnya yang menjadi peringatan pemerintah disetiap bungkus rokok, juga membuat perokok menjadi ketagihan dan akan kesulitan bila ingin berhenti merokok. Karena saos kimia dan alkohol mengandung penguat rasa (sejenis MSG) dan zat adiktif. Sedangkan rokok herbal di ramu dengan berbagai bahan jamu tradisional Jawa yang sudah terkenal khasiatnya sejak dahulu. Sehingga mampu meminimalisir efek negative rokok dan tidak membuat orang ketagihan.
MENETRALKAN TAR DAN NIKOTIN
Bagaimanapun juga tembakau tetap mengandung TAR & NIKOTIN, tetapi karena diramu dengan berbagai bahan jamu tradisional Jawa yang sudah terkenal khasiatnya sejak dulu. Sehingga mampu mengurangi atau menetralkan efek negative dari TAR & NIKOTIN. Bahkan khasiat jamu tradisional Jawa tersebut diharapkan mampu memberi nilai plus untuk kesehatan perokok.
UNIVERSAL DAN NETRAL
Kalau rokok kimia yang beredar di pasaran pada umumnya, akan terpengaruh oleh lokasi dan cuaca. Sehingga ada merk rokok yang cocok dan laris disuatu daerah tetapi didaerah lain tidak cocok atau kurang laku, bahkan tidak laku sama sekali. Sedangkan rokok herbal bersifat naturalistic sehingga lebih universal dan netral untuk segala cuaca, lokasi dan daerah yang berbeda-beda iklim atau suhu udaranya .
MASA KADALUARSA LEBIH LAMA
Rokok kimia yang beredar dipasaran biasa memiliki masa kadaluarsa 2-3 bulan. Sedangkan rokok herbal memiliki masa kadaluarsa lebih lama. Dan rasa maupun khasiat herbal semakin menguat, apalagi kalau disimpam di tempat sejuk (lemari es).





5. RINGAN, HALUS DAN TIDAK MEMBUAT KETAGIHAN.
Karena diramu dengan ramuan Herbal (jamu) tanpa saos kimia yang bersifat penguat rasa (MSG) dan alkohol mengandung zat adiktif yang bersifat merangsang saraf perokok untuk terus terangsang merokok (ketagihan). Sehingga rokok herbal cenderung bersifat ringan, halus dan tidak membuat ketagihan perokok (rasanya tentu tidak sekuat atau semantab rokok yang memakai penguat rasa). Tetapi hal ini malah menjadi suatu kelebihan tersendiri dari rokok herbal, karena bisa digunakan sebagai obat/terapi untuk mengurangi ketagihan atau ketergantungan pada rokok, terutama pada rokok kimia.
6. PERPADUAN RASA YANG SELARAS
Banyak rokok yang ketika dihisap sampai pendek atau terbakar setengah batang rasanya sudah berubah kurang nikmat, atau bahkan berubah menjadi tidak nikmat. Biasanya terasa panas dan pengar (bahasa jawa), ini efek saos kimia dan alkohol. Rokok herbal yang tidak memakai saos kimia untuk penguat rasa, menjadikan dari ujung sampai pangkal ketika dihisap rasanya tidak berubah nikmatnya atau antan (bahasa jawa) dan sampai hisapan terahir tidak terasa panas. Perubahan kadar rasa nikmat dan rasa panas adalah merupakan efek dari saos kimia dan alkohol.
7. PERPADUAN ALAM YANG HARMONI DAN BERJATI DIRI
Rokok herbal ini diramu dari bahan-bahan pilihan yang berkualitas dari daerah -daerah seluruh Indonesia. Mulai dari daerah panas, sejuk dan dingin. Dari kawasan Indonesia bagian timur dan kawasan Indonesia bagian barat. Suatu perpaduan anasir alam yang harmoni dan berjati diri. Tidak meniru rasa, selera, dan aroma rokok lain

KALENDER JAWA

Kalender ada 2 macam:
1. Kalender Agama/Theologie, Contoh:
A. Kalender Masehi merupakan kalender agama Kristen/Katolik, terkait dengan sejarah Isa Almasih. Kalender ini memakai pedoman peredaran Matahari (Solar), tahun barunya setiap tanggal 1 Januari dan tahun ini 1 Januari 2009 Masehi. Sekarang kalender ini menjadi kalender dunia.
B. Kalender Hijriah adalah kalender agama Islam, kalender ini terkait dengan sejarah hijrahnya (pindahnya) Nabi Muhammad Saw dari Mekkah ke Madinah, kalender ini memakai pedoman Bulan (Lunar), tahun barunya setiap 1 Muharram dan tahun ini 1 Muharram 1430 Hijriah bertepatan tanggal 29 Desember 2008.
C. Kalender Caka (Hindhu) merupakan kalender agama Hindhu. Diciptakan atau diperkenalkan pertama kali oleh Maharaja Kaneshaka dari suku Caka, India Utara bertepatan tanggal 21 Maret 78 M. Kalender ini memakai pedoman peredaran Matahari (Solar), tahun barunya disebut Tahun Baru Nyepi. Awalnya kalender ini adalah kalender budaya bangsa Caka, tetapi sekarang menjadi kalender agama Hindhu. Untuk tahun ini Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1931 bertepatan tanggal 26 Maret 2009 M.

2. Kalender Budaya, Contoh :
A. Kalender Cina (Imlek) merupakan kalender budaya dari bangsa Cina, karena kalender ini merupakan kalender budaya yang tidak terkait dengan agama tertentu, sehingga semua saudara-saudara kita orang Cina di seluruh dunia merayakan Tahun Baru Imlek 2560 ( 26 Januari 2009 M), apapun agama mereka. Serta merupakan hal wajar bila mereka merayakan Tahun Baru Imlek di tempat ibadah agamanya masing-masing. Diberitakan di media kalau orang-orang Cina di Jogjakarta yang beragama Islam merayakan Tahun Baru Imlek di Masjid.

B. Kalender Jawa: adalah merupakan kalender budaya dari bangsa Jawa yang tidak terkait dengan agama atau aliran kepercayaan apapun, sehingga semua bangsa Jawa di seluruh dunia dan siapapun kita yang tinggal di pulau (tanah) Jawa wajib merayakan Tahun Baru Jawa yang disebut Suroan, untuk tahun ini 1 Suro 1942 (2920) Jawa bertepatan tanggal 30 Desember 11 2008 M. Kemarin sewaktu Kongres Bahasa Jawa IV di Semarang, banyak informasi kalau saudara-saudara kita bangsa Jawa yang di luar pulau (tanah) Jawa ternyata juga merayakan Tahun Baru Suro setiap tahunnya. Baik yang di dalam negeri Indonesia (Sumatra, Kalimantan, Papua, dll), maupun yang di luar negeri. Di beritakan di Jawa Pos Group, Bupati Timika yang asli orang Papua turut merayakan Tahun Baru Suro, sedangkan di luar negeri seperti Suriname dan New Kaledonia juga turut merayakan tahun baru Suro. Di Malang Raya banyak orang non suku Jawa yang kebetulan bergabung menjadi anggota LP3BJ & ORMAS “Raket Prasaja” juga ikut merayakan Suroan setiap tahun. Tahun ini LP3BJ & ORMAS “Raket Prasaja” rencana mengadakan Pahargyan Manghayu Bagya Warsa Enggal Suro 1942 (2920) Jawa diadakan di Balai Desa Jambuer, Kromengan, Malang pada tanggal 17 Januari 2009 Masehi atau tanggal 19 Suro 1942 (2920) Jawa.

SEJARAH KALENDER JAWA

Kalender Jawa dalam sejarahnya selalu terkait dengan huruf Jawa. Kalau Kalender Jawa berdasarkan “Sangkan Dumadining Bawana”, sedangkan Huruf Jawa berdasarkan “ Sangkan Paraning Dumadi”. Pertama kali diciptakan atau diperkenalkan oleh Mpu Hubayun pada tahun 911 SM (Sebelum Masehi). Pada tahun 50 SM (Sebelum Masehi) Prabu Sri Maha Punggung I atau Ki Ajar Padang I mengadakan perubahan pada Huruf dan sastra Jawa.
Bertepatan tanggal 21 Juni 77 M oleh Prabu Ajisaka diadakan perubahan, dalam budaya Jawa ketika menghitung selalu dimulai dari angka nol (Das), sehingga Kalender Jawa kembali bermulai pada tanggal 1 Badrawarna (Suro) tahun Sri Harsa, Windu Kuntara adalah taggal 1, Bulan 1, Tahun 1, Windu 1 tepat pada hari Radite Kasih (Minggu Kliwon) ditetapkan permulaan perhitungan Kalender jawa, bertepatan tanggal 21 Juni 78 Masehi. Kalender Jawa memakai pedoman peredaran Matahari (Solar).

Prabu Ajisaka adalah asli orang Jawa bukan dari India, serta memiliki banyak nama atau gelar, yaitu: Prabu Jaka Sangkala, Prabu Widayaka, Prabu Sindula, Prabu Sri Maha Punggung III, Ki Ajar Pandang III. Salah satu petilasannya ada di Mrapen (Api Abadi) daerah Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah. Bukti kalau Ajisaka asli Jawa adalah :

1. Pusaka yang diperebutkan oleh para Pembantunya (Punakawan) adalah Keris, sedangkan sampai detik ini diakui oleh seluruh dunia kalau Keris adalah asli budaya Jawa, kalau seandainya Ajisaka dari India tentunya di India banyak ditemukan pusaka Keris.
2. Para Pembantu (Punakawan) Ajisaka yang terkenal ada empat (4) orang bukan dua (2) orang dan dari nama-namanya asli bahasa Jawa Kuna atau Kawi. Nama-nama Pembantu (Punakawan) Ajisaka adalah :

A. Dura : bacanya tetap pakai vokal “A”, karena kalau dibaca “ro” pakai vocal “O” artinya akan berubah jauh dan tidak ada keterkaitan (relevan). Sedangkan dalam berbagai catatan sejarah bahasa dan sastra Jawa mulai banyak menggunakan vokal “O” pada masa sesudah abad 14. Karena kalau “Dura” (ra dibaca dengan vokal “A”) bahasa Jawa Kuna berarti “unsur alam (anasir air) “, tetapi kalau “Dura” (ra dibaca dengan vokal “O”) berarti “bohong”.
B. Sambadha : kalau dibaca dengan vocal “A” bahasa Jawa Kuna berarti “unsur alam (anasir api)”, tetapi kalau dibaca dengan vokal “O” berarti “mampu”.
C. Duga : kalau dibaca dengan vokal “A” bahasa Jawa Kuna berarti “unsur alam (anasir tanah)” , tetapi kalau dibaca dengan vokal “O” berarti “pangati-ati” (dugo-kiro) diartikan dalam bahasa Indonesia secara bebas berarti “peringatan & Pengarahan”.
D. Prayuga : kalau dibaca dengan vokal “A” bahasa Jawa Kuna berarti “unsur alam (anasir angin)” , tetapi kalau dibaca “prayugo” berarti “sebaiknya”.

3. Semua empat anasir tersebut adalah anasir alam yang ada pada alam semesta atau Jagad Gedhe atau Bhawana Ageng atau Makrokosmos, serta terdapat juga pada tubuh manusia atau Jagad Cilik atau Bhawana Alit atau Mikrokosmos.
4. Sedang nama Ajisaka juga asli bahasa Jawa Kuna (Aji-Saka) yang berarti seorang Raja yang mengerti dan mempunyai kemampuan spiritual atau Raja-Pinandhita atau Pemimpin Spiritual.

Waktu jaman Kerajaan Mataram di pimpin oleh Sultan Agung Hanyakra Kusuma, pada waktu itu ada ancaman pengaruh bangsa asing yang sudah menguasai Sunda Kelapa (Batavia). Sehingga terpikir bagaimana membuat rakyatnya rukun dan bersatu yaitu dengan cara meng-Akulturasi-kan tiga ungsur budaya yang ada pada waktu itu (Jawa, Hindhu, Islam), disimboliskan pada bentuk perubahan Kalender Jawa. Karena berbeda pedoman peredaran yaitu Matahari (Solar) dan Bulan (Lunar) sehingga walaupun disatukan (khususnya Kalender Jawa dan Kalender Hijriah) dengan cara dihilangkannya satu masa Kalender Jawa, tetapi walau begitu tetap saja berselisih satu hari. Karena hal ini pula akhirnya muncullah istilah tahun ABOGE (tahun Alip, tgl 1 Suro jatuh hari Rebo Wage) dan tahun ASAPON (tahun Alip, tgl. 1 Suro jatuh hari Seloso Pon).Perubahan ini bertepatan tanggal 1 Muharram 1043 H = 29 Besar 1554 Jawa = 8 Juli 1633 M.
Sekarang masa Sultan Agung sudah lama berselang, banyak kalangan yang berpendapat kalau kalender Jawa sudah waktunya perlu diadakan perubahan. Sementara itu, mulai masa Sultan Agung sampai sekarang, belum ada yang berani melakukan perubahan atau penyesuaian. Ada yang berpendapat kalau kalender Jawa seharusnya setiap 75 tahun sekali harus diadakan penyesuaian. Ada yang berpendapat, kalau sekarang dekade perhitungan tahun ABOGE sudah berakhir dan sudah seharusnya diganti decade perhitungan tahun ASOPON. Terlepas dari berbagai pendapat tersebut, lebih baik demi kembalinya sebuah Jati Diri bangsa Jawa khususnya, bangsa Indonesia pada umumnya (bangsa yang besar adalah bangsa yang punya JATI DIRI), kita kembali pada Kalender Jawa asli yang diciptakan oleh Mpu Hubayun (911 SM). Dengan pertimbangan :

1. Kalender Jawa Mpu Hubayun adalah Kalender Jawa asli dan yang pertama atau tertua (911 SM).
2. Kalender yang penuh dengan nilai-nilai falsafah tinggi, yang menandakan bangsa kita adalah bangsa yang besar. Sehingga kalau bisa kalender Jawa diangkat menjadi Kalender Nasional bangsa Indonesia. Karena tidak semua bangsa di dunia memiliki kalender sendiri.
3. Kalender yang mengarah pada keselarasan atau keharmonian alam semesta, karena berdasarkan proses awal terjadinya alam semesta (Sangkan Dumadining Bhawana).
4. Kalender Jawa harus berdiri diatas semua golongan (agama,suku). Karena makna kata JAWA itu sendiri tidak bermakna sukuisme. Sedangkan Kalender Jawa Sultan Agung, selain adanya polemik dengan berbagai pendapat yang berbeda juga terlalu banyak mengadopsi pengaruh Islam. Sehingga orang yang tidak memeluk agama Islam, muncul perasaan tidak merasa ikut memiliki, yang berakibat hilangnya nilai-nilai kebersamaan, gotong-royong, guyub-rukun, yang menjadi cirri-khas bangsa kita. Akibatnya sekarang ini banyak orang yang sudah tidak mengenal lagi atau sudah tidak peduli pada Kalender Jawa dan Budaya Jawa.

B. PENETAPAN HARI
1. Hari ke-1 berdasarkan Surya disebut Radite sekarang Minggu (Dipengaruhi Planet Matahari)
2. Hari ke-2 berdasarkan Rembulan disebut Soma sekarang Senen (Dipengaruhi Planet Bulan)
3. Hari ke-3 berdasarkan Kartika-I disebut Anggara sekarang Selasa (Dipengaruhi Planet Mars)
4. Hari ke-4 berdasarkan Bumi disebut Buda sekarang Rebo (Dipengaruhi Planet Mercurius)
5. Hari ke-5 berdasarkan Kartika-II disebut Respati sekarang Kamis (Dipengaruhi Planet Jupiter)
6. Hari ke-6 berdasarkan Kartika-III disebut Sukra sekarang Jum’at (Dipengaruhi Planet Venus)
7. Hari ke-7 berdasarkan Kartika-IV disebut Tumpak sekarang Sabtu (Dipengaruhi Planet Saturnus)

C. PENETAPAN PASARAN
Disamping itu ada Rangkepan hari atau Sisilah Hari yang berdasarkan sedulur 4 kalima Pancer yang berupa cahaya:
a. Cahaya berwarna Putih disebut Pethakan sekarang disebut Manis/Legi
b. Cahaya berwarna Merah disebut Abritan sekarang disebut Jenar/Paing
c. Cahaya berwarna Kuning disebut Jene’an sekarang disebut Palguna/Pon
d. Cahaya berwarna Hitam disebut Cemengan sekarang disebut Langking/Wage
e. Gesang atau pancer disebut Kasih/Kliwon
D. PENETAPAN BULAN (CANDRA)
1. Bulan ke-1 disebut Badra Warna sekarang disebut Sura
2. Bulan ke-2 disebut Asuji sekarang disebut Sapar
3. Bulan ke-3 disebut Kartika sekarang disebut Mulud/Rabi’ulawal
4. Bulan ke-4 disebut Pusa sekarang disebut Bakda Mulud/Rabi’ulakhir
5. Bulan ke-5 disebut Manggasri sekarang disebut Jumadilawal
6. Bulan ke-6 disebut Sitra sekarang disebut Jumadilakir
7. Bulan ke-7 disebut Manggalaka sekarang disebut Rejeb
8. Bulan ke-8 disebut Naya sekarang disebut Ruwah/Sadran
9. Bulan ke-9 disebut Palguna sekarang disebut Puasa
10. Bulan ke-10 disebut Wisaka sekarang disebut Syawal
11. Bulan ke-11 disebut Jita sekarang disebut Apit/Dulkaidah/Selo
12. Bulan ke-12 disebut Srawana sekarang disebut Besar/Dulhijah

E. PENETAPAN TAHUN WARSA
1. Tahun ke-1 disebut Sri/Harsa sekarang di sebut tahun Alip
2. Tahun ke-2 disebut Endra/Heruwarsa sekarang di sebut tahun Ehe
3. Tahun ke-3 disebut Guru/Jimantara sekarang di sebut tahun Jimawal
4. Tahun ke-4 disebut Yama/Duryata sekarang di sebut tahun Je
5. Tahun ke-5 disebut Ludra/Dhamma sekarang di sebut tahun Dal
6. Tahun ke-6 disebut Brahma/Pitaka sekarang di sebut tahun Be
7. Tahun ke-7 disebut Kala/Wahyu sekarang di sebut tahun Wawu
8. Tahun ke-8 disebut Uma/Dirgawarsa sekarang di sebut tahun Jimakir

F. PAWUKON
1. Sinta 11. Kuningan 21. Wuye
2. Landep 12. Langkir 22. Manail
3. Kurantil 13. Mandhasia 23. Prangbakat
4. Tolu 14. Julungpujud 24. Bala
5. Gumbreg 15. Pahang 25. Wugu
6. Warigalit 16. Kuruwelut 26. Wayang
7. Warigagung 17. Maraken 27. Kulawu
8. Julungwangi 18. Tambir 28. Dhukut
9. Sangsang 19. Madhangkungan 29. Watugunung
10. Gunungan 20. Maktal 30. Wukir

G. PARINGKELAN
a. Tungle (Ujungan)
b. Aryang (Tiyang)
c. Warungkung (Kewan)
d. Paningron (Ulam Loh)
e. Uwas (Peksi)
f. Mawulu (Wiji)